Wednesday, December 21, 2011

Haruskah Bendi Dilupakan...???

Bendi, Itulah sebutan untuk salah satu alat transportasi kereta tradisional yang bergerak dengan bantuan tenaga kuda. Pada umumnya, jenis kereta ini terdapat hampir disetiap wilayah di Indonesia namun sebutannya berbeda. Ada yang menyebutnya Andong, Delman, Dokar dan sebagainya, tetapi Bendi merupakan sebutan khusus dari Sumatera Barat. Layaknya mobil, Bendi juga memiliki Supir yang identik dengan sebutan kusir. Memiliki dua roda kayu, bak pengangkut penumpang yang memiliki atap, serta kuda yang mengenakan pakain penuh hiasan.
Dulunya Bendi merupakan kendaraan pribadi para pejabat, bangsawan dan orang kaya. Pada jaman penjajahan, alat trasnportasi penguasan Belanda sering kali adalah Bendi, sehingga pernah ada sebutan “Bendi Balando”. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, Bendi pun beralih fungsi menjadi kendaraan umum masyarakat. Yang dulunya hanya dimiliki oleh orang dengan golongan strata tertentu, kini pun bendi bisa dimiliki siapa saja untuk disewakan atau untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian.
      Di Sumatera Barat, Bendi sering kali diikutsertakan dalam berbagai kegiatan seremonial adat Minangkabau, seperti upacara perkawinan (untuk mengarak-arak marapulai dan anak daro), upacara adat (batagak pagulu), sunat rasul dan acara lainnya. Hingga kini pun eksistensi Bendi dalam acara adat pun masih sering ditemukan dibeberapa daerah di Sumatera Barat.
                Dewasa ini, Bendi mendapatkan tantangan. Layaknya dalam lingkaran bisnis, Bendi seolah-olah masuk dalam lingkaran krisis. Hal ini diakibatkan perkembangan pengetahuan dan  kemajuan teknologi yang memunculkan jenis-jenis kendaraan modern. Walaupun masyarakat Sumatera Barat  masih menggunakan bendi sebagai sarana transportasi, namun jumlahnya menurun cukup signifikan. Padahal kita perlu menyadari bahwa bendi merupakan salah satu artefak budaya  daerah yang memperkaya khasanah Budaya Nasional, apabila hal ini terus dibiarkan maka akan memungkinkan bahwa untuk beberapa tahun kedepannya masyarakat minangkabau sudah tidak mengenal bendi lagi.
                Hal ini harus menjadi perhatian masyarakat Sumatera Barat secara bersama-sama untuk bisa melestarikan Bendi, terutama hal ini adalah PR besar bagi Pemerintah. Banyak sekali pemberitaan diberbagai media yang menyebutkan, bahwa terjadi penggusuran jalur operasi Bendi. Seperti berita yang dimuat di Padang-Today.com Selasa18/01/2011 lalu, yang menyatakan Bendi akan digusur dari Jalan Imam Bonjol Padang karena di duga menjadi penyebab macet. Padahal tindakan ini harus dibarengi dengan solusi yang tepat, sehingga tidak semakin memperkecil jalur Bendi yang berarti juga mengurangi kemungkinan jumlah penumpang.
Pandangan yang menyatakan Bendi sebagai penyebab macet ataupun penyebab kekotoran kota seharusnya dapat diakomodir dengan baik. Kita harus menjaga kelestarian kereta tradisional ini, salah satu ide yang perlu dilakukan realisasi nyatanya adalah menjadikan Bendi sebagai objek budaya dan kendaraan wisata. Sehingga turis-turis yang hadir kebeberapa kota di Sumatera Barat menggunakan Bendi untuk berkeliling di wilayah wisata yang mereka kunjungi. Hal ini terlihat sudah berhasil dilakukan di Yogyakarta ataupun di Bandung. Dan tidak salah juga bila Sumatera Barat mengolah ide ini menjadi suatu yang lebih baik untuk masa depan Bendi kedepannya.
                Kita harus membuang keegoisan untuk menghilangkan Bendi dari ranah Minang ini. Kita harus memberikan izin, agar generasi rang minang nantinya masih sempat merasakan kegembiraan naik Bendi berkeliling nagari. Biarkan mereka tahu bahwa Bendi adalah kendaraan tradisional yang menemani perjalanan hidup nenek moyang kaumnya Minangkabau. (Ayu Enike / 0810862010)

No comments:

Post a Comment