Wednesday, December 21, 2011

Suara Indah di Langit Senja


Sewaktu kecil dulu mungkin kita sering dinasehati atau diperingati oleh orang tua kita, jika senja tiba agar segera pulang ke rumah. Sebagai anak- anak bahkan kita sering ditakut- takuti jika masih berkeliaran di luar saat senja.  Dan dulu kita diajarkan agar segera melaksanakan shalat saat azan telah berkumandang, termasuk ketika waktu shalat magrib datang. Namun, fenomena yang banyak terjadi saat ini, saat kita telah menjadi dewasa justru tidak seperti apa yang diajarkan kepada kita dulu.
Sebuah fenomena yang sering kita saksikan di sekitar kita saat ini, salah satunya di daerah tepi pantai Kota Padang.  Tempat ini dapat menjadi contoh kehidupan masyarakat kota yang kontras. Menjelang  maghrib orang  masih sibuk dengan aktivitas masing- masing, seperti bekerja, bermain, bercanda tawa dengan keluarga di tepi pantai, dan menikmati keindahan pantai bersama kekasih. Bukankah seharusnya mereka bersiap- siap untuk melaksanakan ibadah, bagi mereka yang beragama Islam. Dan mayoritas orang- orang tersebut adalah Muslim.
Dan kita saksikan sebuah  masjid yang berada di sana, hanya segelintir orang yang berada di sana menunggu datangnya waktu shalat. Orang- orang itu adalah orang tua, bukan remaja, sedangkan anak- anak masih sibuk bermain, namun ada juga yang telah siap untuk menjalankan shalat. Sangat disayangkan , anak- anak saja mampu untuk segera melaksanakan shalat, kenapa orang dewasa tidak.
Saat alunan indah suara azan Maghrib berkumandang saat matahari mulai tenggelam, kota tetaplah sebuah kota, ramai dan dihiasi dengan kesibukan orang- orang dengan segala aktivitasnya. Bekerja, bermain, atau dalam perjalanan. Hanya segelintir orang yang berjalan menuju masjid.  Jalanan lebih penuh daripada saf di dalam masjid yang berada di dekatnya. Berbeda dengan bulan Ramadhan, masjid penuh dan sesak oleh orang dari berbagai kalangan usia.


Disaat segelintir orang memakai pakaian untuk beribadah dan datang ke masjid, tetapi yang lain masih asik duduk bercengkrama atau sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya. Apakah ini cerminan kota kita yang dianggap religius dan menjadi visioner bagi pemerintah. Kekontrasan inilah yang patut kita lihat dan sadari bersama, sebagai seorang manusia biasa dan sebagai hamba Sang Khalik. Di mulai dari kita sendiri dan orang- orang si sekitar kita. (Irra Febrianty / 081082012)

No comments:

Post a Comment