Thursday, December 22, 2011

Perjuangan Seorang Ibu

Pada tahun 1973, Ibu Rabani memutuskan menikah dengan laki-laki pujaan hatinya. Pernikahan yang seharusnya membuat Ibu Rabani bahagia ternyata adalah awal dari banyaknya peristiwa yang membawa Ibu Rabani pada keadaannya sekarang. Orang yang sangat dicintainya itu tidak pernah menafkahinya secara lahiriah. Setelah menikah Ibu Rabanilah yang mencari nafkah dengan berjualan tempe, yang terkadang di selanginya dengan menjadi kuli pembersih cabe. Suami Ibu Rabani ternyata adalah orang yang sangat suka berjudi dan pemalas, setiap hari dihabiskannya dengan kumpul bersama teman-teman judinya. Tak ada sedikitpun kepeduliannya pada keluarganya. Selain itu dia acapkali mengancam Ibu Rabani  ketika dia membutuhkan uang untuk berjudi.
Walaupun begitu, Ibu Rabani adalah wanita yang tabah. Beliau tetap tegar menjalani semuanya dan tidak pernah menceritakan keburukan-keburukan yang dilakukan suaminya, baik kepada orang lain maupun kepada keluarganya. Semuanya ditahannya sendiri dan tetap berserah diri kepada Allah.
Di tahun pertamanya menikah Ibu Rabani langsung dikarunia anak oleh Allah. Saat hamil seperti itupun, Ibu Rabani harus tetap mencari nafkah dan masih sering mendapatkan perlakuan yang buruk dari suaminya. Pada tahun 1974, Ibu Rabani melahirkan seorang anak perempuan. Besar harapan Ibu Rabani dengan adanya seorang anak akan merubah perlakuan suaminya. Namun, beliau harus ikhlas mendapati suaminya masih dengan perlakuan yang sama padanya. Suaminya malah semakin menjadi-jadi. Ibu Rabani semakin sering diancam dan mendapatkan perlakuan kasar.  Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun sampai ibu Rabani melahirkan anak kesebelasnya. Ibu Rabani tetap bersabar menerima perlakuan suaminya selama kurang lebih 40 tahun. Bekerja keras mencari nafkah untuk membesarkan anak-anaknya dan menghadapi perlakuan suaminya.
Puncaknya tahun 2008 yang lalu Ibu Rabani dan anak-anaknya diusir oleh suaminya dari rumah yang dibangun atas keringat Ibu Rabani sendiri. Ibu Rabani meninggalkan rumahnya bersama-sama dengan anaknya dan tinggal di sebuah pondok di tanah warisan keluarga Ibu Rabani. Di tahun 2009, Ibu Rabani membangun rumah baru di tanah warisan keluarganya, namun cobaan dari Tuhan belum juga beranjak dari diri Ibu Rabani, gempa merobohkan rumahnya. Keadaan semakin memburuk ketika anak-anak Ibu Rabani yang sudah besar-besar termakan hasutan dari Ayah mereka untuk menjauhi Ibu Rabani. Tinggalah Ibu Rabani dan anak-anaknya yang masih dalam usia sekolah mencoba bangkit kembali dari keterpurukan.
Ibu Rabani dan keempat anak-anaknya, bekerja keras membangun kembali kehidupan keluarga mereka yang berantakan. Ibu Rabani tetap bertahan dan terus berjuang mencari nafkah untuk menyekolahkan keempat anak-anaknya. Saat ini Ibu Rabani sudah kembali membangun rumahnya dengan menggunakan uang bantuan pemerintah dan dari penjualan hasil pertanian milik Ibu Rabani. Selain itu Ibu Rabani juga mampu menguliahkan kedua putrinya, dan juga menyekolahkan kedua putranya. Salah satu putrinya, malah sudah akan wisuda tahun depan. Ibu Rabani berseri-seri menceritakan kebahagiannya sekarang ini. Beliau sangat mensyukuri nikmat dari Allah, dan tidak pernah menyesali apa yang sudah dialaminya.
Begitu berat perjuangan Ibu Rabani dalam membesarkan anak-anaknya, namun beliau tidak pernah menyerah dan sekarang Allah menunjukkan kebesaranNya dengan keberhasilan yang sudah di depan mata. Pengalaman Ibu Rabani ini menunjukkan kekuatan terdahsyat seorang wanita dan seorang Ibu yang memperjuangkan rumah tangganya. Bertahan selama bertahun-tahun menyimpan sendiri aib dan perlakuan kasar yang dia terima dari suaminya. Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan manisnya hasil dari perjuangan beliau selama ini. Bertepatan dengan momen hari Ibu, Ibu Rabani adalah seorang wanita sejati dan seorang Ibu perkasa yang berhak mendapatkan penghargaan atas apa yang sudah diperjuangkannya, walaupun mungkin dia tidak pernah mengharapkannya. Kasih sayang seorang Ibu memang sepanjang jalan, dan seperti pancaran sinar mentari di pagi hari, hangat dan tak pernah berharap mendapatkan imbalan. Terspesial untuk seluruh Ibu dan calon Ibu di dunia, terima kasih untuk pengorbanan Engkau selama ini. (Mira Andika / 0810862008)  

No comments:

Post a Comment